Feeds:
Pos
Komentar

Archive for November, 2008

WASPADA MISI MEDIA

MISI WARTAWAN MEDIA

 

 

Kita baca dalam artikel MISI KRISTENISASI DI MEDIA awal Juli terdahulu memanglah tidak sepi dari kepentingan, yakni antara lain dari elemen pengusaha dan penulis materi media itu sendiri. Di dalam judul besar masalah Dakwah, tertera muasal media bisa pula BERPOROS DOKTRIN TRITUNGGAL, karena media terlahir dari isi kepala pematerinya yakni orang-orang yang bekerja menyebarkan ide-ide, tulisan dan pemikiran visioner media tersebut yang disiarkan ke masyarakat luas.

 

Dakwah media dengan demikian tidak terlepaskan dari Misi Media dan warna idealisme yang diusung wartawan penulisnya, motivasi dan kesadaran pemateri yang kelak menjadi sumber tulisan tentang fakta-fakta maupun opini untuk disebarkan. Tidak berlebihan, jika media kelompok Kompas – Gramedia misalnya menyuarakan pilihan warna fakta dan opini yang mengarah pada misi gereja. Mereka telah menyajikan pilihan itu berdasar kebutuhan pasar sekaligus misi lembaga, baik yang berupa buku, majalah, koran atau praksis pengajaran dan pendidikan yang ditawarkan. Pada sisi lain masyarakat terbesar yakni muslim saat ini terombang-ambing oleh semarak global dengan kapitalisme, leberalisme, konsumerisme dan keterpurukan pendidikan. Masalah kemiskinan juga menjadi pintu efektif penyebaran masif misi gereja melalui lembaga media terutama televisi. Jika ditelaah, misi pokok yang dijual kepada masyarakat adalah dakwah materi yakni menyangkut kebutuhan dunia, dan itulah dakwah misi yang laku. 

 

Sementara itu, penguasaan Kristologi kita yang lemah dalam banyak kasus menjadikan dakwah Islam kurang efektif, tidak peduli dengan materi tulisan dan siarfan media, bahkan pemikiran barat mendominasi diskursus dakwah misi di media. Padahal diketahui akar teologi gereja hingga kini kabur dan tidak selesai dalam perdebatan internal mereka (Yoh 4:24, Rom 9:5, 10:9, Kis 9:19), pada Yoh 17:3 bahwa satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus. Elastisitas teologi ini mendasari misi Kristen yang kini menjadi misi global dan disebar melalui agenda aksi dimanapun. Disinilah programa media masa (tulis-lisan-visual) perlu dicermati dengan kritis, bagaimanapun keyakinan melahirkan agenda praksis. Perlu dimulai pendalaman kristologi dan pemilihan obyek studi/penelitian berbasis Alqur’an -Alkitab dengan banyak terlibat praktek lapangan. Ibarat sepakbola, kondisi umat saat ini memasuki permainan babak akhir, dibutuhkan kerjasama padu semua unsur pemain dakwah misi disertai pemahaman peta lapangan serta anatomi strategi lawan tanding. Adakah peran kecil (operan bola atau gerakan pengecoh) yang mampu disumbangkan pada pos-pos da’i misi di lingkungan lapangan dakwah? Logika pasar (lapangan) mesti dikuasai, juga pilar keislaman yang utuh akan menerangi jalan pertandingan, bahwa organisasi serangan mutlak diatur di setiap lini dakwah, seperti banyak diresahkan saat ini tentang tayangan televisi yang merusak masyarakat.

 

TV MENDIDIK, GURU MENIRU, ORTU NONTON!

 

Benar Wartawan: meng-“Olok-olok Privasi”, Kompas 16/11/08? Sebuah fakta tulisan

bahwa reality show TV merusak tatanan dan norma susila, melanggar hak-hak pribadi, demo kekerasan dan makian, dibuat media dengan kamera tersembunyi pula.

Infotainmen TV mengumbar masalah pribadi, cinta, perselingkuhan, dusta manusia, konflik dengan pilihan adegan yang menguras emosi pamirsa

menomersatukan pasar dan selera pemodal.

 

Selama januari–okt 2008, Komisi Penyiaran Indonesia atau

KPI pusat menerima 38 pengaduan masyarakat  atas acara-acara reality show, menegur ANTV 11 november dan mengakhiri empatmata Tukul Arwana.

Hasil monitoring KPI (sept 08): Tayangan kekerasan televisi pada prime time adalah

Global-tv 35.2, indosiar 18.3, rcti – tvOne 12.7, Trans – metrotv 8.5, sctv 2.8 dan tpi 1.4

wajar kriminalitas meningkat dan terus menginspirasi kejahatan di masyarakat.. hingga guru orangtua murid  meniru ”Bau Anyir Darah di Televisi” (Kompas 10/11/08!)

 

Melalui tayangan ”barometer sctv 12/11” malam, beberapa awak media menyadari mereka memiliki misi, bahkan peran memproduksi kekerasan dan pilihan diksi siaran itu. Dari narasumber, pemerintah, dibantu pengamat dan KPI, mereka rasakan kurang maksimal bekerja sebagai otokritik keras akan fungsi media  menyeimbangkan tayangan yang mendidik! Lalu bagaimana nasib masyarakat pamirsa yang jumlah terbesarnya adalah masyarakat muslim juga. Diskurus media tentang makna jihad misalnya malah

membuat  semua bingung; mengapa tidak memilih nara sumber yang mencerahkan,

waktu yang pas dan menyiarkannya tanpa tujuan debat untuk saling menjatuhkan.

 

Jika begitu fakta dan opini yang ditampilkan media kemana guru Pendidik Guru Islam alias PGI dan alumni Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah KMI mengabdi dan mendidik

kenapa anak-anak dan murid meski nuruti orangtua

Apa pemakai media mesti belajar dari Sang Wartawan? karena mereka harus memperhatikan 9 etika pokok; akurasi fakta dan berita (QS 21:7), etika bertanya

(QS 5:101), melakukan check recheck (QS 49:6), tidak memeras (QS 4:94), menjauhi prasangka (QS 49:12), trial by the press (QS al-Hujurat 12), meminimalkan resiko

(QS 11:47), tidak mengolok-olok klien (QS al-Hujurat 11)

dan terakhir ‘memenuhi hak jawab narasumber’ (QS 12:26).

(Nazaruddin Umar, dalam Nuzulul-qur’an TVRI 12/10/2006?)

Diantara misi guru yang sebenarnya adalah membuat berita

bukan menikmati berita apalagi sekedar mengumpulkan

dan guru itu adalah masing-masing kita yang mesti harus membuat perubahan

kullukum raa’in wa kullukum mas’uulun ’an ra’iyyatihi

setiap pribadi kita pasti kelak ditanya pertanggung-jawaban akan diri dan lingkungan

untuk apa umur dipanjangkan, ilmu pengetahuan dipelajari

darimana uang didapat lalu dibelanjakan untuk apa.

 

 

Aksi DAKWAH Yang Dibutuhkan :

 

Dahsyatnya misi dakwah yang merusak lewat media, terutama televisi menuntut perhatian ekstra para guru dan orangtua diamanapun, sekaligus menuntut solusi yang tepat bagi anak-anak generasi penerus. Menutup diri terhadap serangan media yang merusak adalah langkah mustahil. Cukuplah membatasi, meneliti dan mengawasi misi dakwah itu diberlakukan, jika mungkin media tandingan dihidup-hidupkan di tengah masyarakat dan dibersihkan dari idealisme misi yang merusak. Masing-masing kita adalah wartawan yang membuat fakta dan perubahan, diperlukan langkah membaca secara kritis atas media-media yang ditawarkan agar misi kebenaran dan kemaslahatan tetap terjaga di masyarakat dan keluarga. Sikap dan kesadaran harus ditegakkan diatas ruh keislaman, agar anak-anak terselamatkan dari virus media yang membawa misi-misi tertentu yang merusak akhlaq.

 

Bagi pemerhati dakwah media, karena inti gerakan kristenisasi yang berporos pada tritunggal itu telah merebak di banyak insitusi media, maka sasaran strategis adalah “merobohkan” doktrin tersebut. Faham-faham materialisme, pluralisme, sekularisme, liberalisme dan turunannya yang saat ini dipasarkan media gereja dimanapun berdiri diatas fondasi keyakinan Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Yesus. Teologi ini melahirkan ajaran dosa waris, penyaliban Yesus, keselamatan gereja dan Kristen, kenabian Yesus, yang berakibat pengkaburan konsep ketuhanan Kristus maupun kontradiksi ayat-ayat Alkitab. Mereka selalu berpaling (Luk 9:20, 24:43, Mat 28:19) dan menyembah selain Allah (QS 42:15, 5:73-77). Memahami teologi gereja berdasar anatomi Alkitab bisa efektif menghalau sebaran doktrin. Membaca peta kristenisasi di media, akan memperjelas strategi “bermain”. Menejemen menghadapi misi kristenisasi di media, kian bermakna apabila dimulai dari yang kecil dari lingkungan sendiri. Mengenal substansi taqwa, kufur dan nifaq mempertegas garis perjuangan dan selamatkan bakti agama (QS 2:1-20). Konsep Ibda Bi Nafsika mengurai kemudahan langkah-langkah dakwah misi, menguatkan bangunan pilar keyakinan berislam serta menumbuhkan energi-sinergi dakwah berkelanjutan.

 

Dengan meneliti media dan meneruskan agenda Forum fdk ini, maka perubahan ke depan akan sampai pada hasil visi material maupun misi spiritual yang lebih baik. Tausiyah diantara kita sangat dibutuhkan, agar hasil-hasil kecil itu tidak malah membebani langkah besar di masa yang akan datang. Wallahu a’lam [ ]

 

Read Full Post »

Older Posts »