Feeds:
Pos
Komentar

Archive for September, 2009

Hai kaum beriman, maukah Aku tunjukkan

suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari siksa yang amat pedih?

Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan rasulNya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.

Itulah (perniagaan) yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

QS. As-shaff [61]:10-11

Isyarat Alqur’an jelas bahwa permainan niaga dalam praksis perekonomian adalah ekspresi aktivitas, kreativitas dan keyakinan tauhid masyarakat. Landasan iman kokoh yang disertai dengan mengikuti cara niaga Rasul Muhammad SAW, mau berjihad dengan harta dan jiwa adalah kunci prinsip keberhasilan usaha termasuk dalam kegiatan ekonomi. Sedang pebisnis sukses yang tiada merugi, menurut QS Faathir [35]:29 adalah mereka yang selalu membaca kitab suci Allah, mendirikan shalat dan sudi menafkahkan sebagian rizki dengan diam-diam atau terang-terangan. ML Learning dan LL Learning sama-sama merupakan upaya pembelajaran individu menjadi baik dan persiapan bekal kematian. ML Learning sebagai proses pembelajaran lintas sekolah yang diinspirasi MLM, sedang LL Learning sebagai pembelajaran lintas usia menuju kematian seperti dijelaskan terdahulu pada halaman buku ini yang makna praktisnya semacam long life education 52.

Makna terpenting dari wadah belajar diatas adalah substansi belajar itu sendiri. Yakni gambar keutuhan proses pembelajaran hidup di masa datang agar seseorang tetap menentukan sikap belajarnya selalu berubah menjadi baik, optimis, peduli lingkungan, lebih bernilai, jujur, kreatif dan dinamis. Sementara itu problematik dunia pendidikan tak kunjung memudahkan tapi malah menyusahkan masyarakat dengan beaya sekolah yang terus meningkat, harga-harga kebutuhan belajar yang kian tinggi dan sulitnya masyarakat memperoleh akses belajar yang baik. Solusinya dibutuhkan pemasyarakatan belajar mandiri berbeaya murah tanpa ketergantungan berlebihan pada pihak lain dan sekaligus mengangkat harkat ekonomi mereka. Untuk menjalani dinamika masalah yang demikian kompleks itulah peran wadah belajar diatas perlu ditonjolkan, meski sebetulnya masyarakat telah memiliki minat belajar yang cukup namun masih dibutuhkan lagi respons pemerintah memfasilitasi mereka dengan sarana belajar memadai seperti ketersediaan Perpustakaan Umum.

Harian Kompas edisi 2 April 2008 menyebut fakta, bahwa 190 Kabupaten/Kota tak memiliki perpustakaan umum, untuk itu perlu Perputakaan Mobil minimal menjajakan 19.000 buku bacaan pembelajaran. Sekolah formal tersaingi naluri ekonomi Lembaga Bimbingan Belajar yang berbeaya tinggi, tapi kreatif bervariasi dalam melayani minat belajar masyarakat, hal ini tak lepas dari kebijakan UAN SMP-SMA menyangkut ketentuan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Masyarakat berkomentar dan mengkritik, bahwa Ujian Akhir Nasional tidak membantu mereka mendapatkan kesempatan kerja bagi masa depan anak, namun tetap saja UAN berjalan terus.

Maka sikap mental mandiri perlu dikobarkan untuk selalu belajar demi perubahan masyarakat menjadi baik di dalam kondisi apapun, dengan atau tanpa bantuan pemerintah. Di luar institusi sekolah, masih ada lembaga bimbingan belajar yaitu sarana kursus BLK, perpustakaan, pondok pesantren yang murah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan jaringan MLM dengan banyak pilihan. MLM juga mampu memberi langsung apa yang dibutuhkan masyarakat. Mereka sendiri akan menentukan minat dan arah pembelajaran yang diinginkan untuk mengatasi kompleksnya persoalan hidup dan keterbatasan sumber daya alam.

Fakta memilukan diungkap Dewan Redaksi Media Group tulisan Toeti Adhitama 12 September 2008, bahwa sejak 2007 buta aksara di Indonesia turun 1,7 juta orang menjadi 10,1 juta, sekitar 7 juta di antaranya perempuan. Sementara itu International Educational Achievement mencatat kemampuan membaca siswa Indonesia paling rendah menempati urutan ke-38 di kawasan ASEAN. Kesimpulan itu diambil dari penelitian atas 39 negara. Dua hal itu menyebabkan United Nations Development Program (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan rendah dalam hal pembangunan sumber daya manusia. Maka pendidikan masa datang seterusnya hanya bisa bertumpu pada sumber energi alternatif karena minyak bumi habis. Majalah Intisari edisi April 2008 halaman 170 yang menukil buku James Carton, Ph.D., The Extreme Future: The Top Trends that Will Reshape the Wolrd in the Next 20 Years (2007) menyebut bahwa dunia mendatang akan banyak berubah karena 10 tren, antara lain

Era mendatang ditentukan oleh Cina, raksasa populasi dan sekaligus raksasa dalam konsumsi semua sumber daya dunia.

Bukankah semua kecenderungan masa depan dunia prediksi futurolog diatas membenarkan trend perebutan pekerja terampil berkualitas dan tahan banting? Disebutkan top jobs tahun 2015 meliputi bidang neuromedis, ilmuan quantum, pelaku bisnis real-time, pemasar jaringan on-line, terapis peningkat kesehatan dan ahli kanker. Bisnis jaringan real-time dan pemasaran on-line keduanya merupakan praktek kegiatan Multi Level Marketing, maka pelaku bisnis ini masa datang mau tak mau harus memperhitungkan upaya peningkatan kecakapan pribadi melalui Multi Level Learning dalam rangka pencapaian final pembelajaran manusia (Long Life Learning). MLM dan MLL akan mengantar kejujuran pembelajaran manusia menjalani hidup yang sebenar-benarnya. Pemahaman pada yang pertama akan mempermudah seseorang menjalani proses belajar kedua, yakni pembelajaran multi ruang dan waktu mengikuti nalurinya. Toh peningkatan usia dan aktivitas bisnis akan memaksa manusia untuk belajar menjadi sempurna material-spiritual menuju kesejatian pembelajaran. Benar MLM bukan agama, namun tanpanya seorang pemain MLM akan rusak tanpa kendali moral mengatasi nafsunya. Kalaulah demikian mengapa harus mengaburkan kegiatan duniawi serta pembelajaran ini tanpa mensinergikannya dengan kepentingan substansial manusia yakni mempersiapkan dirinya menjumpai Sang Khaliq nanti.

Dinamika pembelajaran inilah, penulis memunculkan ketiga titik sasar utama buku ini seperti fakta data-data lapangan pelaku MLM yang buruk, namun menyisakan pembelajaran untuk menghamba kepada kemanusiaan dan ketuhanan. Agen MLM membutuhkan ML Learning, agar tidak berhenti belajar hanya telah mencapai sukses materi. Pembelajar wajib merubah diri dan lingkungan menjadi baik sesuai tuntutan risalah Muhammad SAW yang termaktub di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Tema belajar ML Learning ini perlu diapresiasi dan diaplikasikan ke tataran praktek pembelajaran masyarakat, agar tiap individu mampu belajar secara wajar. Problema pendidikan Indonesia amat kompleks, demikian banyak warga tak mampu sekolah. Kita baca tujuan pendidikan arahan UUD 1945 Pasal 31 bahwa ’setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan’, ’setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’.

Maka peluang dan tantangan itu ada di masyarakat sendiri untuk mandiri di luar institusi belajar resmi yang disediakan pemerintah. Warga masyarakat perlu bekerja sekaligus belajar selamanya di manapun termasuk diperoleh melalui lembaga bisnis MLM. Untuk sampai kepada idealisme pembelajaran ML Learning, wadah bisnis MLM menjadi pintu pilihan masyarakat. Sedang LL Learning dibutuhkan agar nilai-nilai positif yang didapat pembelajar siap apa adanya menghadapi usia akhir, semacam sarana rileksasi saringan terakhir sebelum kematian itu datang. Baik ML Learning maupun LL Learning memberitahukan pada kita bahwa melalui MLM bisa pula didapat pembelajaran tanpa batas, baik sukses material dan lebih penting adalah kesiapan spiritual sebelum menghadap Sang Khalik. Pembelajaran itu bisa disarikan dengan penjelasan berikut:

Pertama, sikap apriori teerhadap MLM sungguh merugikan dan membuat gundah. Usaha jual beli barang dan jasa dengan pola jaringan dinilai salah dan tidak baik itu tidak lebih karena agen pelakunya dan bukan sebab perusahaan atau sistem penjualannya. Dari kata MLM yaitu marketing terlalu banyak tarik menarik kepentingan keilmuan, yang ujungnya akan kembali penilaian pada prilaku transaksi bisnis manusia pelakunya dan sekali lagi bukan materi yang dijual-belikan atau bagaimana produk itu dijalankan. Sistem marketing di dalam perusahaan MLM tentunya telah diatur oleh Deperindag dengan keluarnya Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) yang melindungi kepentingan konsumen. Persinggungan dengan materi buku ini adalah soal pembelajaran MLM yang sangat posistif dapat membantu masyarakat mentransformasi dirinya dan bukan dimaksud untuk yang lain. Jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan ber-MLM, signal masyarakat akan berbunyi keras dan yang bermasalah akan ditinggalkan atau mati terlupakan.

Kedua, soal prilaku transaksi bisnis MLM akan terpulang kepada agen distributor dan leader pengembang jaringan. Keberanian menentukan sikap dan ketegasan menerapkan prinsip-prinsip kejujuran, idealisme dan integritas adalah keniscayaan yang harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat. Kepemimpinan MLM harus mampu mengeksplorasi kultur pembelajaran, menyeimbangkan nilai-nilai teoritis dan praktis, memahami proses perubahan prilaku belajar agen, merangsang proses belajar mandiri pada komuinitas, merespon mebutuhan lokal dalam konteks umum dan global (Komar, Oong, 2006:259). ML learning memberi terapi elementer bagi pelaku bisnis MLM, bahwa setiap mereka patut berusaha beretika baik untuk selamanya. Semua hal bisa dijadikan materi pembelajaran, bahkan berasal dari hal-hal sederhana. Pemberdayaan dan pengembangan potensi diri ini akan terus berjalan dinamis seperti ciri manusia yang hidup tanpa batasan ruang waktu pembelajaran. Siapapun mesti belajar jika dia inginkan perubahan menjadi baik. Yang tak mau berubah berarti statis alias mati suri, pasti akan ditinggalkan orang lain.

Ketiga, makna terakhir bahwa pembelajaran harus berproses mengikuti perubahan dinamis manusia, belajar bisa dimulai dari diri sendiri untuk waktu tak terbatas hingga kematian. Energi perubahan ini melahirkan keinginan-keinginan manusiawi yang akan mewarnai naik turun ragam perjuangan hidup. Ekses positif atau negatif atas pengalaman perubahan itulah tanda kehidupan pembelajaran manusia. ML learning adalah keharusan yang tiada mungkin ditinggalkan selama hidup. Bukankah manusia selalu belajar dari pengalamannya sendiri lalu mencoba terus bangkit dari kesalahan itu menjadi sempurna kembali. Ciri pembelajaran demikian bisa dilakukan kapan dimanapun melintasi ruang dan waktu, terutama melalui wadah bisnis MLM.

Sarana mencari pengalaman dan pembelajaran tentang kehidupan, akhirnya perlu dibawa kepada keyakinan persiapan menghadapi kematian, dan itulah makna Long Life Learning. Merealisasikan cita cinta akan nilai-nilai kehidupan serta membuktikan potensi pribadi di hadapan manusia lain sebagai pola penegasan dinamisme hidup manusia. Disini seseorang yang enggan belajar dan berubah menjadi baik, sejatinya dia mengingkari ciri hidupnya atau memposisikan diri tanpa makna di hadapan makhluk lain. Dengan demikian 3L adalah keharusan yang melekat dalam diri dan kehidupan ini, jikapun tidak belajar sepanjang hayat artinya menafikan substansi keberadaan wakil Tuhan di bumi. []

Sumber:

Buku “Multi Level Learning”, Andi Mudhi’uddin, Saroba, Yogyakarta, 2009.

Read Full Post »